Global Inbyra School Tengah Adakan Program P5 Dengan Mengusung Tema Kearifan Lokal

ANTUSIAS : Para guru di GIS dari jenjang PAUD/TK, SD, SMP, memiliki antusias tinggi untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan batik Tegalan. Kegiatan ini bekerja sama dengan Griya Batik dari Tegal Selatan. (BeeNews.id/Zuhud)

TEGAL – Batik merupakan suatu kerajinan lukisan kain dengan menggunakan canting yang berisikan cairan lilin malam, dengan teknik dan model lukisan bernilai seni tinggi. Di Indonesia, batik berdominan berasal dari Kota Pekalongan. Namun, siapa sangka Tegal juga miliki batik tersendiri yaitu batik Tegalan.

Batik Tegal atau biasa masyarakat mengenal dengan istilah Batik Tegalan yang terkenal dengan motif klasik serta mempunyai corak dan warna yang berbeda dengan batik dari daerah lainnya yakni dengan corak dan warna yang tegas yang menggambarkan masyarakat Tegalnya sendiri.

Dalam rangka ikut serta melestarikan seni dan budaya bangsa Indonesia, maka Global Inbyra School (GIS) mengadakan kegiatan membatik pada hari Sabtu (28/1/2023), bertempat di Dining Room GIS mulai pukul 08.00 hingga selesai. Kegiatan ini diikuti oleh para guru GIS dari jenjang PAUD/TK, SD, SMP.

Menurut Ibu Erna Nugrahening Kepala Sekolah SPK Global Inbyra School, kegiatan ini dalam rangka mempersiapkan untuk program P5 di semester dua dengan mengusung tema kearifan lokal kota Tegal. Sebelumnya GIS sendiri juga telah memberikan edukasi kepada anak-anak tentang tarian tradisional Tegal.

Kemudian pada semester ini, GIS ingin memberikan edukasi kepada mereka tentang batik tegalan. Sebelum diajarkan kepada anak-anak, para guru GIS diberikan pelatihan sendiri agar nantinya dapat memberikan edukasi yang benar kepada anak didiknya.

“Sebelum memberikan pelatihan untuk proses membatik kepada anak-anak, setidaknya gurunya harus tahu dulu proses membatik itu seperti apa, cara pembuatannya bagaimana. Oleh sebab itu, kita memiliki ide untuk menyiapkan guru-gurunya dengan melatih mereka dengan pelatihan dasar cara membatik itu sendiri. Pelatihan dasar ini bekerjasama dengan Griya Batik dari Tegal Selatan.” ujar Ibu Erna saat diwawancarai Jurnalis BeeNews.id.

Menurutnya, kegiatan yang diikuti oleh para guru dari jenjang PAUD/TK, SD serta SMP. Diharapkan apabila di PAUD/TK, SD maupun SMP memiliki program P5 yang mengikuti kearifan lokal, mereka sudah memiliki bekal dan sudah punya persiapan. P5 itu sendiri merupakan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.

Lebih lanjut, Bu Erna mengatakan bahwa selama GIS berdiri, kegiatan belajar membatik ini baru pertama kali diadakan. Kegiatan ini sudah dimulai sekitar dua minggu yang lalu dan akan rutin diadakan setiap hari sabtu. Guru – guru pun sudah mulai belajar bagaimana cara membatik. Bahkan sampai sekarang ini sudah punya 5 project yang sudah siap diberi warna. Sementara itu untuk hari Sabtu kemarin (28/1), mereka mengerjakan 5 project batik baru lagi. Jadi total project batik ada 10 batik dengan 5 gawangan untuk penyangga membatik.

“Tadinya kan rencananya cuma 5, ternyata peralatan ada yang belum jadi sehingga kalau dilanjutkan lagi belum siap, akhirnya kita tambah project 5 lagi. Sebelumnya, anak-anak juga diikut sertakan dalam kegiatan membatik di GIS ini, ada yang ikut mencoba membuatnya, ikut nonton juga ada yang hanya foto-foto saja. Dan kenapa hari Sabtu ini anak-anak tidak diikutsertakan karena anak-anak hari ini pada libur,” jelasnya.

Menurut Bu Erna, para guru sangat antusias, buktinya ketika mereka libur mereka tetap berkomitmen dalam menjalankan tugas mereka sebagai guru sebagaimana mestinya. Juga mereka memiliki rasa ingin tahu yang besar mengenai proses membuat batik Tegalan itu seperti apa.

Advertisements

Siapa tahu kedepan GIS juga punya produk batik sendiri yang bisa dipasarkan, nantinya hasil dari penjualan tersebut akan dikembalikan kepada mereka yang mau berkontribusi dalam membuat produk batik dari GIS.

“Kalau guru-guru memang benar-benar serius dan ingin jalan terus kegiatan membatik ini. Ayo kita lanjut dan kita wujudkan bersama, karena kita punya unit kerja yang bisa menghasilkan suatu produk baik hasil karya guru maupun karya anak-anak itu sendiri. Selain entrepreneur bagi anak juga entrepreneur guru-guru kita juga berkembang bersama. Harapan saya, kegiatan ini tetap bisa jalan sampai dapat memproduksi sendiri serta dapat menghasilkan,” harapnya.

Kedepannya kalau memang peminatnya banyak, bisa menambah Hobi Club dengan guru-guru yang sebagai pengajarnya. Karena untuk memasukkan satu program dalam hobi club itu banyak yang harus dipersiapkan dan dipelajari terlebih dulu.

“Beberapa hal tersebut seperti modalnya berapa, kemampuan guru-guru dalam proses mengajarnya seperti apa. Selain dari dalam kita juga dapat mencari guru dari luar. Semua hal tersebut yang perlu kita pertimbangkan,” pungkasnya.
(Red3/Seni&Budaya)

Editor : Nur Hayati

TAG :,
Statistik Situs
  • Total halaman dikunjungi: 122,006