Unicef Fasilitasi Penanggulangan Tengkes Kabupaten Tegal

FAKTOR EKONOMI : Sekretaris Daerah Kabupaten Tegal Widodo Joko Mulyono menyampaikan kasus tengkes di Kabupaten Tegal lebih banyak dipengaruhi faktor ekonomi keluarga, disusul perilaku dan pola asuh anak yang keliru serta kurangnya pengawasan orang tua dalam hal pola asuh anak.(BeeNews.id/Humas Pemkab Tegal)

SLAWI – Penanganan penderita tengkes (stunting) atau tumbuh kerdil pada anak akibat malnutrisi sangatlah diperlukan, bahkan Indonesia menargetkan menurunkan prevalensi anak balita tengkes dari 27,6 persen tahun 2019 menjadi 14 persen tahun 2024.

Hal ini terungkap saat Nutrition Officer United Nations Children’s Fund (Unicef) Field Office Java Karina Widowati menyampaikan paparannya di Gedung Dadali, Kantor Pemkab Tegal, Jumat (04/06/2021).

Terhambatnya pertumbuhan anak akibat Tengkes akan berdampak pada tingkat kecerdasan, kesehatan, hingga produktivitas bangsa. Pendeknya tinggi badan dibandingkan standar umurnya menunjukkan otak dan sel tubuh yang tidak berkembang optimal, persoalan cenderung sulit diperbaiki saat anak sudah menginjak usia dua tahun atau lebih.

“Kondisi tengkes dapat disebabkan oleh banyak faktor, seperti ekonomi keluarga, penyakit atau infeksi, hingga lingkungan. Penanggulangan stunting menjadi fokus pemerintah dalam upaya membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Berbagai cara terus dilakukan agar anak Indonesia tidak terganggu proses tumbuh kembangnya,” kata Karina.

Berkenaan dengan itu, strategi penanganan nasional yang serius perlu dilakukan, yaitu melalui intervensi gizi spesifik seperti pemberian tablet tambah darah (TTD) untuk remaja putri, suplementasi TTD untuk ibu hamil dan pemberian makanan tambahan (PMT) untuk ibu hamil kekurangan energi kronis.

Selain itu, ada pula sosialisasi air susu ibu, sosialisasi makanan bayi dan anak, tata laksana gizi buruk, penanganan masalah gizi dan PMT pada balita gizi kurang dan pelayanan imunisasi serta pencegahan infeksi pada balita.

“Ada lagi strategi lain dalam penanganan stunting pada intervensi gizi sensitif, yaitu ketersediaan sumber pangan, air bersih dan sanitasi, pemberdayaan masyarakat, peningkatan pengasuhan di tingkat keluarga dan masyarakat serta peningkatan kesejahteraan masyarakat tidak mampu lewat program perlindungan sosial,” jelasnya.

“Kabupaten Tegal saat ini masuk dalam program prioritas peningkatan gizi, hasil kerjasama antara pemerintah Indonesia dengan Unicef tahun 2021 bersama lima kabupaten lainnya di Jawa Tengah. Dari empat kelompok penanganan tengkes, Kabupaten Tegal masuk ke dalam pencegahan malnutrisi pada anak usia dini, penguatan pengelolaan gizi buruk terintegrasi dan gizi ibu hamil dan remaja. Kabupaten Tegal memiliki kasus gizi akut sebanyak 21.233 balita di tahun 2018, sedangkan 6.744 balita mengalami gizi buruk di tahun yang sama,” tutur Karina.

Sekretaris Daerah Kabupaten Tegal Widodo Joko Mulyono menyampaikan bahwa inisiasi aksi konvergensi tengkes di Kabupaten Tegal juga telah dilakukan sejak tahun 2019 dan terus disempurnakan. Adapun delapan aksi penanggulangan tengkes ini, lanjut Joko meliputi analisi situasi, rencana aksi, rembug tengkes, regulasi, pembinaan kader pembangunan manusia (KPM), sistem manajemen data, pengukuran dan publikasi serta evaluasi kinerja tahunan.

“Desa dengan kasus stunting yang tinggi ditetapkan sebagai lokus prioritas intervensi. Hasil pemetaan kami di tahun 2020 lalu ada 10 desa lokus stunting yang kemudian kita intervensi tahun ini, sedangkan di 2021, kita temukan 16 lokus stunting yang akan diintervensi tahun depan,” jelas Joko.
(Red3/Kesehatan)

Advertisements

Editor : Nur Hayati

TAG :,
Statistik Situs
  • Total halaman dikunjungi: 123,438