Puluhan Warga Brebes Meninggal Akibat TBC
BREBES – Jumlah kasus TBC di Brebes sepanjang Januari hingga 28 November 2023 sudah mencapai 4.929 penderita yang berhasil tertangani. Namun, dalam kurun waktu 11 bulan itu juga terdapat, 98 pasien meninggal dunia akibat TBC disertai penyakit penyerta.
Data kasus TBC di Brebes tersebut, merupakan hasil penanganan dan pemetaan kolaboratif Dinas Kesehatan Kota Bawang dengan Yayasan Mentari Sehat Indonesia.
Hal itu, terungkap saat konferensi pers pernyataan bersama optimalisasi penemuan kasus dan komitmen penanggulangan TBC Kabupaten Brebes di Grand Dian Hotel, Rabu (29/11).
Konferensi pers dan pernyataan bersama, dipimpin langsung Kepala Dinkes Ineke Tri Sulistyowati dan Yayasan Mentari Sehat Indonesia. Turut hadir, perwakilan fasilitas pelayanan kesehatan dan rumah sakit pemerintah maupun swasta.
Dalam paparannya, Kadinkes menyampaikan sangat mengapresiasi kolaborasi pemetaan dan temuan kasus TBC baru. Sebab, penanggulangan penyakit menular tersebut memang membutuhkan sinergitas dan kerjasama semua stakeholder terkait.
“Jika dilihat dari jumlah kasus, temuan kasus baru dalam tiga bulan terakhir bertambah 1.247 penderita. Sebab, sebelumnya kasus TBC Januari-Agustus sebanyak 3.682. Sedangkan data terbaru, tambahan September, Oktober November angkanya tembus 4.929 kasus,” ungkapnya.
Selain mengakumulasi jumlah kasus TBC, lanjut Ineke, tercatat 444 pasien sudah dinyatakan sembuh. Kemudian, 999 pasien sudah melakukan pengobatan lengkap dan 368 penderita putus berobat.
Jumlah tersebut, merupakan hasil pendataan dari puskesmas, klinik pemerintah, rumah sakit pemerintah dan swasta.
“Sedangkan untuk penderita TBC meninggal, bertambah 29 dalam tiga bulan terakhir. Sebelumnya, hanya 69 pasien sepanjang Januari-Agustus dan bertambah mencapai 98 penderita meninggal dunia,” jelasnya.
Ineke Tri Sulistyowati mengatakan, penyebab pasien TBC meninggal dunia terjadi akibat multi faktor. Contohnya, penyakit penyerta HIV atau penyakit degeneratif lainnya seperti hipertensi, diabetes hingga jantung.
Bahkan, berdasarkan hasil pemetaan temuan kasus penderita TBC dari usia anak hingga produktif. Sehingga, proses pengobatan pasien TBC harus tuntas untuk meminimalisir putus berobat atau komplikasi penyakit lainnya.
“Penanggulangan kasus TBC, memang harus tuntas karena infeksi bakteri penyebarannya sangat cepat. Terlebih proses penularannya, kasat mata sehingga harus ekstra waspada,” ujarnya.
Masih kata Ineke Tri Sulistyowati, melalui kolaborasi dengan stakeholder terkait seperti Yayasan Mentari Sehat Indonesia, upaya penanganan TBC, terus dioptimalkan. Mengingat sudah ada anggarannya dan menjadi program pemerintah pusat.
Meski begitu, butuh partisipasi aktif seluruh unsur termasuk fasyankes swasta. Tujuannya, agar temuan kasus baru TBC bisa menjalani pengobatan hingga tuntas.(Red3/Kesehatan)
Editor : Irene Indah