Kesenian Asal Brebes Ini Yang Hampir Punah
BREBES – Kesenian Burok merupakan salah satu kesenian masyarakat pesisir Brebes, Jawa Tengah (Jateng). Kesenian tersebut menggabungkan beberapa unsur seni seperti seni musik, seni rupa, seni tari, dan seni suara.
Meski begitu, kesenian Burok ini mulai terlupakan oleh masyarakat. Padahal, dalam perkembangannya seni Burok memiliki alur yang cukup panjang untuk bisa dikenal masyarakat
Awalnya, kesenian Burok di Banjarharjo merupakan seni tradisional yang sangat sederhana tetapi kaya akan nilai. Tetapi seiring perkembangan zaman, kesenian ini mengalami perubahan yang signifikan mulai dari bentuk dan sifatnya. Hingga akhirnya kesenian ini hanya bersifat sebagai hiburan saja.
Kesenian Burok berasal dari filosofi Nabi Muhammad SAW tentang perjalanan menuju langit menggunakan Kisah perjalanan itu kemudian menjadi bagian dari syiar Islam yang disampaikan para wali tanah Jawa.
Pada zaman kerajaan Islam dahulu, syiar agama dilakukan melalui kebudayaan seperti tari-tarian, wayang, topeng, dan sebagainya. Ketika berdakwah menggunakan topeng, genjring, dan sejenis barong kemudian diplesetkan namanya menjadi burok. Awalnya hal tersebut digunakan sebagai media dakwah, kemudian berkembang menjadi seni budaya dan hingga sekarang menggunakan alat-alat musik. Burok sendiri memiliki arti ‘kilat’ atau cepat.
Kesenian Burok yang berkembang di masyarakat Brebes awalnya dimulai dari Cirebon. Kesenian ini awalnya dikembangkan oleh Sunan Gunung Jati dengan dibantu seorang seniman bernama Toal. Tetapi pada saat masa revolusi tahun 1950-an, kesenian ini hampir tidak terdengar. Kemudian pada tahun 1960, kesenian Burok kembali muncul di Kecamatan Tanjung yang pada saat itu dianggap sakral oleh masyarakat. Seiring berjalannya waktu, seni Burok kemudian menyebar ke berbagai wilayah di Brebes, di antaranya seperti Losari, Bulukamba, Banjarharjo, dan Kersana.
Salah satu kelompok kesenian Burok tertua yang masih eksis hingga saat ini adalah Grup Seni Burok Irama. Grup seni tersebut lahir di Desa Banjarharjo pada tahun 1982. Sama halnya kesenian Burok, elompok kesenian ini juga memiliki perjalanan yang menarik dan sangat berpengaruh di lingkungan masyarakat.(Red3/Seni&Budaya).
Editor : Irene Indah