Kendalikan Inflasi Pangan dan Sejahterakan Petani, KemenKopUKM Gandeng BI dan Pemkab Brebes
BREBES – Kementerian Koperasi dan UKM (KemenkopUKM) bersama Bank Indonesia (BI) dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Brebes sepakat untuk menjaga tingkat inflasi komoditas pangan khususnya yang dikontribusikan dari komoditas bawang merah dalam upaya menyejahterakan petani.
Sekretaris KemenkopUKM, Arif Rahman Hakim, menyatakan pihaknya berkomitmen mendukung upaya pengendalian inflasi yang bersumber dari kelompok pangan. Sebab kelompok pangan selama ini berpengaruh besar terhadap tingkat inflasi nasional. Sementara pemerintah menargetkan tingkat inflasi tahun ini di level 3 persen plus minus 1 persen.
“Bawang merah ini berkontribusi pada inflasi dan salah satu tugas Bank Indonesia adalah bagaimana menjaga inflasi agar tetap terkendali,” ujar Arif Rahman Hakim saat menggelar rapat koordinasi di kantor Bupati Brebes, Kamis (6/4).
Ketiga stakeholder tersebut yakni KemenKopUKM, BI, dan Pemkab Brebes sepakat untuk bersama-sama membangun ekosistem demi mendorong peningkatan kesejahteraan para petani bawang merah di wilayah itu. Salah satu caranya melalui implementasi program korporatisasi petani dan factory sharing.
“Lalu kita juga berkoordinasi untuk memanfaatkan program factory sharing, jadi mengolah bawang merah supaya pada saat panen raya agar harga tetap stabil. Kami juga punya program korporatisasi petani supaya petani bisa sejahtera apalagi di Brebes ini banyak kantong kemiskinan, jadi ini sekaligus mengangkat kesejahteraan petani agar terlepas dari jerat kemiskinan,” katanya.
Deputi Bidang Perkoperasian KemenKopUKM, Ahmad Zabadi berharap agar para petani bawang merah di Brebes dapat terkonsolidasi dalam wadah koperasi sehingga bisa maju dan berkembang bersama. Koperasi nantinya dapat berperan sebagai offtaker sehingga petani bisa mendapat kepastian pasar dan harga saat musim panen.
Dengan bergabung di dalam wadah koperasi, para petani juga tidak perlu khawatir harga akan jatuh terlalu dalam saat panen raya. Di sisi lain petani bisa mendapatkan pembayaran secara langsung ketika menjual produk bawang merahnya melalui koperasi.
“Dalam urusan petani ke bawah nanti yang mengurus adalah koperasi sehingga kesejahteraan petani bisa diangkat dan segala permasalahan di tingkat petani bisa diselesaikan melalui koperasi,” ujar Ahmad Zabadi.
Sementara terkait dengan program factory sharing dan korporatisasi petani, maka koperasi yang menaungi para petani bawang merah bisa dengan mudah mendapatkan akses pembiayaan murah. Hal ini karena secara tidak langsung para petani memiliki sistem bisnis yang terintegrasi dari hulu ke hilir.
“Persoalan pembiayaan akan mudah didapatkan oleh para petani melalui koperasi. Soal pembiayaan on farm bisa mengakses KUR dan dari kelembagaan bisa mengakses pembiayaan melalui LPDB,” sambungnya.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Tegal, M. Taufik Amrozi, menyambut baik program prioritas KemenkopUKM untuk meningkatkan kesejahteraan para petani di Kabupaten Brebes melalui program korporatisasi petani dan facotry sharing. Dengan pemberdayaan para petani bawang merah di Brebes juga diharapkan bisa turut membantu mengendalikan inflasi dari kelompok bahan pangan.
“Kami belakangan dituntut untuk concern di bidang pangan terutama pengendalian inflasi pangan karena sumber masalah utama salah satunya di situ,” kata Taufik.
Selain mengembangkan komoditas bawang merah, BI Perwakilan Tegal saat ini sedang melakukan pendampingan untuk petani bawang putih. Ditargetkan Kabupaten Tegal – Brebes dapat memproduksi bawang putih dalam volume besar agar ketergantungan impor bisa ditekan oleh produksi dalam negeri.
“Kami akan melanjutkan upaya membantu mewujudkan kemandirian pangan dengan memasifkan produksi bawang putih. Kami juga diharapkan lebih cepat menggarap potensi bawang putih ini agar impor (bawang putih) bisa berkurang,” katanya.
Sementara itu Pj. Bupati Brebes Urip Sihabudin menyatakan akan melakukan komunikasi secara intensif dengan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) bawang merah di wilayahnya untuk bisa membangun kelembagaan formal seperti koperasi. Sebab saat ini sudah ada offtaker produk bawang putih hasil para petani yaitu dalam bentuk Perseroan Terbatas, PT Sinergi Brebes Inovasi (SBI).
PT SBI sudah menjalankan beberapa program pengembangan produk bawang merah agar bernilai tambah. Selain itu perusahaan ini juga sudah menyerap hasil produksi bawang merah dari para petani. Oleh sebab itu agar selaras maka perlu ada kesepahaman dari seluruh stakeholder terutama dari Gapoktan dan PT SBI untuk membentuk koperasi.
“Akan coba kami tawarkan dan dorong para petani agar bisa bergabung dalam sebuah koperasi. Sebab ada beberapa benefit yang mungkin belum diketahui oleh para petani ketika mereka tergabung dalam sebuah koperasi,” ujar Urip.
Secara umum, Urip mengapresiasi rencana KemenkopUKM yang bertekad untuk meningkatkan kesejahteraan para petani melalui beberapa program yang dicanangkan salah satunya melalui wadah koperasi. Sebab secara pribadi dirinya tertarik dengan banyaknya keuntungan dari para petani ketika bergabung koperasi.
“Ini memang banyak fasilitas yang bisa didapatkan (ketika bergabung dalam koperasi). Salah satu fasilitas yang bisa diperoleh dan selama ini menjadi masalah di tingkat petani adalah pembiayaan murah,” katanya.(Red3/Keuangan).
Editor : Irene Indah