IMMI, Wadah Santri Alumni Pondok Pesantren di Indonesia Pertama Kalinya Berdiri di Kabupaten Tegal
Slawi – Sejumlah santri Kabupaten Tegal, alumni dari tiga pondok pesantren (Ponpes) terkemuka di Indonesia menginisiasi pembentukan wadah Ittihad Mutakhorrijil Ma’ahid Indonesia (IMMI). IMMI sebagai perkumpulan santri alumni ponpes ini untuk pertama kalinya didirikan di Indonesia.
Adapun prosesi pengukuhan pengurus IMMI Kabupaten Tegal berlangsung di Pendopo Amangkurat, Minggu (27/02/2022) pagi dan dihadiri Bupati Tegal Umi Azizah.
Santri alumni ponpes yang membentuk wadah IMMI Kabupaten Tegal ini berasal dari Ponpes Lirboyo Kediri, Al Falah Ploso Kediri dan Akademi Perguruan Islam (API) Tegalrejo Magelang.
Umi yang juga santri alumni Ponpes Mambaul Ma’arif, Denanyar, Jombang lewat sambutannya mengapresiasi berdirinya wadah alumni ponpes ini. Kehadiran IMMI diharapkan menjadi bagian dari upaya menjaga kesatuan bangsa di tengah ancaman konflik horizontal akibat kontestasi politik yang sengit pasca Pilpres 2019 lalu yang berdampak pada polarisasi di masyarakat.
Sebab pembelahan yang terjadi di masyarakat karena perbedaan pandangan politik ataupun aliran dalam kehidupan beragama dapat menjadi celah masuknya beragam kepentingan, termasuk paham radikal yang tidak menginginkan bangsa Indonesia bersatu.
“Tidak sedikit celah perbedaan madzab, pemahaman dan pengamalan beragama dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk membuat kutub-kutub perbedaan antarumat Islam ini semakin tajam, semakin kuat. Indikasinya, sikap dan pandangan thaharuf atau ektrem dengan mudah dijumpai di tengah kehidupan umat beragama kita sesama muslim,” tandas Umi.
Ancaman tersebut, lanjut Umi, harus diwaspadai agar bibit konfliknya tidak berkembang menjadi konflik vertikal dan horizontal yang membahayakan kesatuan bangsa. Salah satunya dengan memoderasi kehidupan beragama.
Makna dari moderasi beragama ini sendiri bukanlah melakukan moderasi terhadap agama, tapi memoderasi pemahaman dan pengamalan umat beragama dari sikap ekstrem atau pandangan radikal yang bertentangan dengan ikrar NKRI, Pancasila, dan UUD 1945.
“Kesatuan bangsa ini adalah faktor yang paling penting untuk menjamin keberlanjutan bangsa dan kelangsungan hidup negara. Tanpa adanya kesatuan bangsa, negara ini tidak akan mampu menghadapi ancaman dari luar atau dalam negeri,” katanya.
Sebelumnya, pengasuh Ponpes API Tegalrejo Magelang KH Noor Machin Chudlori usai mengukuhkan pengurus IMMI Kabupaten Tegal mengatakan maksud didirikannya wadah tersebut adalah memperkokoh silaturahim antar alumni pesantren salaf agar terwujud ittihadul afham wal harokah fi siyasati da’wah atau dikumpulkannya kepahaman dan pergerakan lewat strategi dalam penyampaian yang baik.
Menurut Gus Machin, panggilan akrabnya, IMMI baru terbentuk pertama kalinya di Kabupaten Tegal dan ke depannya akan menyusul kabupaten dan kota lain. Masa bakti kepengurusan IMMI akan berjalan sampai lima tahun.
“Kami minta kepada pengurus IMMI yang sudah dikukuhkan ini untuk segera melaksanakan visi dan misinya dengan selalu menjaga nama baik santri dan nama baik almamater pondok,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua IMMI Kabupaten Tegal KH Misbahul Musthofa mengatakan jika kehadiran IMMI ini mempunyai tujuan menjalin komunikasi alumni santri untuk kemaslahatan bersama, meneguhkan jiwa santri dalam mengemban amanat masyayikh, menjaga muru’ah santri, mempererat ukhuwah ma’ahid dan melestarikan tradisi pesantren salaf, mengawal aqidah ahlu sunnah wal jama’ah alnahdliyyah, merawat ukhuwah basyariyah dan wathoniyah.
“Lewat IMMI, kaum sarungan siap menjadi garda terdepan dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, serta siap mencurahkan harta, pemikiran dan waktu untuk membangun Kabupaten Tegal,” pungkasnya.
Hadir dalam acara tersebut, enam orang pengasuh pondok pesantren yakni KH Zidny Ilma Nafi’a dan KH Shohibul Ulumi Nafi’a dari Lirboyo Kediri, KH Fahim Royani dan KH Abdurrahman Al Kautsar dari Al Falah Ploso, serta KH Noor Machin CH dan KH Mohammad Yusuf CH, keduanya dari API Tegalrejo Magelang.
(Red2/Pendidikan)
Editor : Irene Indah