Turunkan Inflasi, Warga Diimbau Tanam Multikultural di Pekarangan
TEGAL – Warga Kota Tegal yang masih mempunyai lahan pekarangan walau sempit diimbau untuk menanam tanaman multikultural di pekarangan rumah. Menanam tanaman multikultural dinilai menjadi salah satu upaya menekan inflasi terhadap kebutuhan pokok masyarakat.
“Kepada warga masyarakat kami imbau untuk memanfaatkan lahan yang ada untuk menanam yang bisa dimanfaatkan. Misalnya cabai, tomat dan lainnya,” ungkap Pj. Sekda Kota Tegal, Sri Primawati Indraswari yang mewakili Wali Kota Tegal, H. Dedy Yon Supriyono saat membuka Operasi Pasar di Pasar Sumurpanggang, Kecamatan Margadana, Kota Tegal, Kamis (27/10).
Selain itu, untuk menurunkan angka inflasi dilaksanakan kerja sama antar daerah.
“Mengapa beras menjadi komoditi penyumbang inflasi di Kota Tegal, karena Kota Tegal bukan produsen beras. Sehingga kita akan bekerja sama dengan daerah penghasil beras,” jelas Sri Primawati Indraswari yang menyebut pada operasi pasar murah di Sumurpanggang disediakan 500 paket sembako dan ramai diserbu warga Kecamatan Margadana.
Operasi pasar akan terus dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Tegal melalui Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) bersama Bulog Sub Divre VI Pekalongan.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Tegal, Taufik Amrozy mengatakan kegiatan Operasi Pasar Murah di Sumurpanggang sebagai upaya mengurangi dampak inflasi. Disebutkan Taufik, angka inflasi bulan lalu di Kota Tegal sudah tembus angka 7 (year-on-year) dan diindikasikan angkanya sudah tinggi dibandingkan Jawa Tengah dan nasional.
“Jawa Tengah diatas 6 atau 5,90 (year-on-year) walaupun bukan yang tertinggi karena kita di bawah Solo dan Cilacap. Terakhir Kudus yang beberapa waktu lalu memperoleh penghargaan juga tembus mengalami kenaikan,” ungkap Taufik.
Terkait langkah-langkah yang dilakukan TPID Kota Tegal menurunkan inflasi dengan operasi pasar, Amrozy juga mengimbau hal yang sama untuk menanam tanaman multikultur di pekarangan rumah.
“Kita juga sudah melakukan gerakan tanam multikultur salah satunya cabai di pekarangan. Ada beberapa tempat ini kami di wilayah kerja Bank Indonesia, seperti Bulog ini Batang sampai ke Brebes. Kami sudah melakukan operasi pasar. Hari ini juga di Slawi ada, di Lebaksiu, ini pak Purwanto selain di Kota di Brebes sudah dua kali, Pemalang sudah. Kalau Kota Pekalongan sudah. Kajen dan Batang kita rencanakan untuk berikutnya. Jadi nanti kita kalau bisa merata dari 2 kota dan 5 kabupaten di Pantura. Kita lakukan operasi pasar bersama di masing-masing pemerintah daerah dan support dari Bulog,” kata Amrozi menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan oleh Bank Indonesia.
Selain itu, kerja sama antar daerah juga sudah beberapa kegiatan dilakukan, salah satu daerah seperti Brebes, bawang merahnya sudah kemana-mana.
Nah nanti seperti beras ini di Pemalang dan kita sambungkan dengan daerah deficit, itu salah satu cara untuk menyediakan pasokan yang cukup di daerah yang defisit dari daerah yang surplus. Sekarang ini kita tahu dari sisi internalnya salah satunya karena siklus, tapi kalau pemicu yang utamanya awalnya kenaikan harga-harga dari luar negeri.
“Situasi di luar itu tidak menentu sementara kita banyak bahan-bahan pangan kita yang masih import, lha ini mempengaruhi,” ujar Amrozy yang mencontohkan sebagian barang dari pakan ternak masih diimport, bahan bakunya.
Jadi kalau pakannya naik berarti hasil ternaknya juga naik, misalnya telor ayam dan sebagainya itu harganya naik dipicu hal tersebut. Sekarang yang mulai musim peak serta permintaan yang mulai naik di akhir tahun, biasanya memang siklusnya akan terjadi kenaikan harga.
Kepala Bulog mengatakan secara prinsip Bulog menjaga ketersediaan beras dan keterjangkauan harga. Jika ada pelaksanaan program-program pemerintah, kami siap untuk melaksanakan.
(Red2/Umum)
Editor : Irene Indah