Turis Inggris Mengungkapkan Kekecewaannya Liburan di Bali karena Empat Alasan Ini
BALI – Sabrina Sarmoria, 25 tahun, dari Leeds, Inggris, mengaku kapok liburan ke Bali karena mengalami sejumlah hal yang membuatnya tidak nyaman. Pecandu traveling dengan 176 ribu pengikut di TikTok ini menceritakan bahwa ia pergi ke Bali awal Maret 2024 dan memutuskan pulang lebih awal dari rencana semula.
Turis Inggris tersebut menyatakan bahwa dari 40 destinasi yang pernah dikunjunginya di dunia, Bali adalah salah satu yang memberinya pengalaman buruk.
1. Ditipu Sopir Taksi
Sejak tiba di Bali, Sabrina mengalami beberapa kali penipuan. Pertama, saat hendak memesan taksi online, seorang pria mendekatinya di bandara dan menawarkan transportasi langsung ke hotel dengan tarif lebih dari tiga kali lipat dari tarif normal. “Saya menolak, sambil menunjukkan harga sebenarnya di ponsel saya, dan akhirnya kami menyepakati tarif yang sedikit lebih tinggi demi kenyamanan,” ujarnya.
Sabrina mengatakan bahwa selama perjalanan, sopir tersebut pura-pura tidak mendengar nama dan alamat hotel yang disebutkan, mengaku salah arah, dan terpaksa putar balik dengan tambahan biaya. “Saya melacak rute kami di Google Maps dan tahu dia berbohong karena rambu-rambu jalan menunjukkan bahwa kami berada di jalur yang benar,” kata dia.
Setelah berdebat, mereka akhirnya tiba di hotel dengan biaya taksi yang menjadi dua kali lipat dari yang disepakati.
2. Kebisingan di Canggu
Setelah mengalami penipuan, Sabrina menemukan pengalaman tidak nyaman lainnya, yaitu kebisingan proyek pembangunan di Canggu, salah satu wilayah Bali yang sedang berkembang. Tidurnya terganggu oleh kebisingan tersebut. Dia juga tidak suka banyaknya sepeda motor yang mengeluarkan asap hitam. Namun, dia mencoba menikmati liburannya dengan berjalan kaki ke pantai dan bermain air laut.
3. Sampah Menumpuk
Sabrina juga kecewa dengan kondisi pantai yang penuh dengan tumpukan sampah, termasuk puing-puing konstruksi dan botol plastik yang mengganggu peselancar. “Semua ini terjadi dalam 48 jam pertama, dan masalah terus berlanjut, dari penipuan lebih lanjut hingga rambut saya yang rusak karena kolam renang yang mengandung bahan kimia!” katanya.
4. Bali Belly
Masalah paling tidak nyaman yang dialami Sabrina adalah terkena Bali belly, semacam diare yang disebabkan oleh makanan atau air yang terkontaminasi. “Saat pertama kali mengalami gejala, saya merasa mual. Saya pikir mungkin saya kurang minum, tapi saya benar-benar tidak bisa makan tanpa merasa ingin muntah. Kemudian rasa kembung dan sakit perut mulai terjadi,” ujarnya.
Sabrina mencoba mengatasi gejala dengan obat yang dijual bebas, namun kondisinya semakin buruk. Sekembalinya ke Inggris, ia meminta bantuan dari National Health Service (NHS) tetapi prosesnya tidak mudah. Setelah serangkaian tes, dia belum mendapatkan hasilnya.
Sabrina akhirnya mencari perawatan medis di Yunani dalam perjalanan yang telah direncanakan sebelumnya. “Saya masuk ke ruang praktik dokter, membayar €60, dan langsung diperiksa. Dokter mengatakan ini terdengar seperti parasit dan memberi saya antibiotik,” katanya. Setelah itu, ia merasa agak membaik, namun gejalanya belum hilang sepenuhnya. Kini ia terus mengonsumsi probiotik dan sangat berhati-hati dengan pola makan.
Pasangannya juga mengalami gejala parah hingga memerlukan rawat inap. Dari pengalamannya di Bali, Sabrina menyarankan para pelancong untuk tetap aman dan sehat. Di tempat baru, perut yang tidak terbiasa dengan bumbu, bakteri, atau cara memasak dapat mengalami masalah. “Saya melakukan semua yang disarankan, hanya minum air kemasan, tidak memasukkan es ke dalam minuman, memilih tempat dengan ulasan bagus, dan makan di hotel bintang 4 atau 5,” katanya.
(Red1/Wisata)
Editor : Indah Setiawati