Sejarah Masjid Agung Kota Tegal
TEGAL – Masjid Agung Kota Tegal merupakan salah satu masjid tua bersejarah di Jawa Tengah. Masjid ini pertama kali dibangun bersamaan dengan peristiwa perang Diponegoro pada tahun 1825-1830 dan menjadi salah satu saksi bisu sejarah perang terbesar dalam sejarah Jawa.
Hanya saja bangunan masjid agung megah yang kini berdiri bukanlan bangunan asli peninggalan dari K.H. Abdul Aziz. Namun bangunan masjid hasil renovasi dan pembangunan kembali yang sudah dilaksanakan berkali-kali sepanjang perjalanan sejarahnya.
Sejak dibangun oleh K.H. Abdul Aziz ditahun 1825-1830 Masjid Agung Kota Tegal ini telah mengalami berkali-kali renovasi dan terakhir kali direnovasi total ke bentuknya saat ini di tahun 2015.
Pada tahun 1953-1954 renovasi dan perombakan kala itu dilakukan secara besar-besaran. Serambi depan masjid diperluas kea rah depan sehingga menyatu dengan KUA.
Kemudian di tahun 1970 dilakukan perbaikan tempat wudhu disebelah kanan masjid dan atap masjid diganti dengan atap tumpang. Renovasi berikutnya dilakukan pada tahun 1985.
Renovasi terakhir dilaksanakan pada tahun 2015 dimasa pemerintahn WaliKota Hj. Siti Masitha Soeparno, sebagian besar bangunan ini dibongkar dan diganti dengan bangunan baru, empat menara kini berdiri kokoh menjulang mengapit bangunan masjid di empat sudut bangunannya.
Bila menjejak bentuk lama masjid ini hanya bentuk atap masjid lama yang masih dipertahankan di bangunan baru Masjid Agung Tegal ini. Bangunan baru dengan sentuhan berbagai seni bina bangunan masjid dengan tetap mempertahankan gaya atap bangunan masjid khas Indonesia. bagian lain yang dipertahankan pintu dan jendelanya.
Renovasi total Masjid Agung Tegal di tahun 2015 tersebut tak pelak mengungang kritik dari sejarawan Tegal Wijanarto yang mengatakan bahwa “Proses konservasi Masjid Agung semakin kehilangan spirit historisnya” mengingat bahwa rehabilitasi tersebut mengubah drastis penampilan luar salah satu ikon Kota Tegal itu. Masjid yang semula hanya memiliki satu menara itu juga akan dirombak menjadi bangunan baru lengkap dengan empat menara megah di tiap sudutnya.
Renovasi masjid agung kota Tegal ini juga sempat menuai keluhan dari anggota wakil rakyat yang mengeluhkan bentuk hiasan di area pintu masuk masjid agung ini yang menyerupai lambang swastika Nazi. Ditambah lagi dengan proses penyelesaian renovasinya yang mundur dari jadwal yang semestinya sudah harus rampung pada 5 Desember 2015.
Lantai bawah masjid digunakan sebagai ruang utama masjid. Sedangkan, lantai atasnya sebagai tempat untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan keislaman, seperti pengajian kaum bapak dan kaum ibu setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu ba’da subuh. Pengajian Al-Qur’an bagi para remaja, biasanya diselenggarakan setiap hari Rabu, Kamis, dan Sabtu malam. Khusus pengajian buat masyarakat umum diselenggarakan setiap hari Senin ba’da subuh.
Masjid Agung Tegal ini, di masa lalu memiliki satu keunikan tersendiri, sampai sekitar tahun 1980-an, setiap datang waktu berbuka puasa (Ramadhan) pasti dilakukan pembakaran petasan berukuran besar di halaman masjid ini sebagai tanda sudah masuk waktu magrib atau berbuka. Namun kini tradisi pembakaran petasan raksasa yang terkesan mubazir itu sekarang sudah ditiadakan.
(Red2/Umum)
Editor : Irene Indah