Puluhan Siswa di Sirampog Terpaksa Seberangi Sungai Demi Pergi Sekolah Akibat Tidak Adanya Jembatan

PEMBANGUNAN : Warga Desa Sridadi, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes berharap usulan untuk permohonan pembangunan jembatan dapat segera terealisasi.(BeeNews.id/ZuhudBudiaji).

BREBES – Puluhan siswa di Desa Sridadi Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, terpaksa menyeberangi sungai untuk berangkat ke sekolah. Aktivitas ini dilakukan setiap hari karena ketiadaan jembatan penghubung.

Sepatu dan kaos kaki harus lepas dan celana panjang juga harus dilipat di atas lutut saat menyeberangi Sungai Keruh Behet itu, agar tidak basah oleh air sungai yang mengalir cukup deras.

Para siswa berjalan sangat hati-hati agar tidak tergelincir yang bisa mengakibatkan pakaian dan tas berisi buku-bukunya basah. Mereka adalah siswa-siswa tingkat PAUD/TK, SD dan SMP.

Para orang tua pun, khususnya untuk siswa PAUD/TK dan SD yang masih kelas satu atau dua, biasanya terpaksa antar jemput dan menggendongnya saat menyeberangi sungai.

“Anak saya masih SD Kelas 2, jadi tiap hari saya antar pulang pergi ke sekolah,” kata Dewi (35) salah satu warga.

Menurut Dewi, sudah dua tahun ini jembatan Sungai Keruh Behet putus dan hilang diterjang arus sungai, dan sejak itu anak-anak sekolah dan juga warga harus turun menyeberangi sungai untuk menuju ke sekolah atau ke tempat lainnya.

“Sudah dua tahun jembatannya diterjang banjir, dan sekarang tidak ada jembatan lagi,” ungkapnya.

Kepala Desa Sridadi, Sudiryo mengatakan, jembatan Sungai Keruh Behet sudah dua tahun putus akibat diterjang arus sungai yang deras saat terjadi hujan.

Menurutnya, setelah putus warga swadaya membuat jembatan darurat dengan rakitan bambu, tapi tidak lama jembatan itu juga hanyut dibawa arus sungai.

Sejak jembatan putus dua kali, dibuatlah jembatan darurat dari bambu tapi hanyut juga diterjang arus sungai. Dikatakan sejak itu tidak lagi ada jembatan darurat dan warga yang lewat terpaksanya turun menyeberangi sungai, terutama siswa sekolah.

Advertisements

“Tapi menyeberangi juga jika sedang tidak hujan, karena kalau hujan sungainya banjir sehingga warga tidak berani menyeberang, sangat berbahaya,” kata Sudiryo.

Sebelum putus jembatan Sungai Keruh Behet menghubungkan Dukuh Karanganyar dengan Dukuh Legok, Sigombyang, Bojongsari dan Suruhsunda. Putusnya jembatan membuat warga khususnya di Dukuh Legok dengan junlah warga mencapai 120 Kepala Keluarga atau sekitar 500 penduduk kesulitan jalur transportasi.

Anak-anak warga di Dukuh Legok sekolah harus ke luar dukuh. Mulai dari tingkat PAUD, SD dan SMP semua harus ke luar dukuh. Para pedagang juga kesulitan jalur transportasi, harus memutar arah melalui jalur lain yang jaraknya lima kali lipat atau sekira lima kilometer, sehingga biaya transportasinya menjadi mahal.(Red3/Umum).

Editor : Ahmad Wachidin

TAG :, , ,
Statistik Situs
  • Total halaman dikunjungi: 122,936