Pagelaran Ratu Bumi di Pendopo Bumiayu Dalam Rangka HUT Brebes ke346

PAGELARAN : Pentas seni pada Pagelaran Ratu Bumi di Pendopo Bumiayu berlangsung meriah. Dan dilanjutkan dengan sesi Foto bersama seniman dengan Kepala DPKH Kabupaten Brebes Drh Ismu Broto MSi usai pagelaran.(Beenews.id/doc)

BREBES – Puluhan budayawan dan seniman tampil memeriahkan Pagelaran Ratu Bumi di Pendopo Bumiayu, Sabtu (21/1).

Panitia penyelenggara Drh Ismu Subroto MSi mengatakan, acara tersebut dalam rangka memeriahkan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-346 Kabupaten Brebes.

“Ini merupakan inisiatiif teman-teman seniman dan budayawan. Karena ingin Kabupaten Brebes memiliki budaya yang harus diangkat,” ujar Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kabupaten Brebes ini usai acara.

Dalam acara pagelaran tersebut tampil antara lain tari Bambangan Cakil Sanggar Refela, Rampak Gendang Sanggar Rafela Salem, Suling Kecapi Sanggar Binendrang Bantarkawung, Formasi barisan SDN 5 Klampok, dan Kenthongan Wangso Syailendra Tonjong.

Selain Pegelaran Ratu Bumi juga digelar seminar Jelajah Peradaban Bumiayu. Hadir sebagai pembicara dalam acara tersebut, Peneliti Ahli Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Professor Harry Widianto, Kepala OR Arkeolog BRIN Dr Herry Jogaswara, dan Kepala Museum Kepurbakalaan Situs Bumiayu M Wildan Fadhillah ST. Sebagai moderator Wijanarto dari Dinas Kebudayaandan Pariwisata (Dinbudpar) Kabupaten Brebes Wijanarto, SPd.

Acara diawali dengan tari penyambutan tari Cucak Tampah, tari Nusantara dari SLB Laren, dan seruling etnik Ksmatha flute.

Acara dibuka oleh Sekda Brebes Ir Joko Gunawan ST MT mewakili Pj Bupati Brebes Iwanuddin Iskandar SH MHum. Dalam acara tersebut juga dihadiri oleh Kepala OPD di lingkungan Setda Kabupaten Brebes, serta Forkompindmda Kabuapaten Brebes.

Dalam acara tersebut terkuak Bumiayu dulunya merupakan laut yang merupakan bagian dari pantai selatan Jawa Barat. Saat itu Jawa Tengah dan Jawa Timur masih berupa lautan.

“Dulu,pantai timur Jawa Barat mulai dari Culacap sampai dengan Tegal,” ujar Arkeolog Dr Herry Jogaswara dalam seminat tersebut.

Baru pada 1,65 juta tahun lalu, Jawa Tengah mulai terangkat ke permukaan air laut. Hal ini terjadi karena beberapa faktor. Diantaranya karena gunung berapi, fluktuasi air laut akibat masa pencairan es, dan pelipatan Gunung Kendeng.

Advertisements

Kemudian, lanjutnya, fauna mulai berdatangan pada 2 juta tahun lalu. Uniknya, fauna yang bermigrasi umumnya tangguh dalam berenang.

Fauna-fauna yang datang ke Bumiayu seperti kancil, sapi, kerbau, kura-kura raksasa dan sebagainya.

“Uniknya, semua penemuan fosil di Situs Bumiayu adalah yang tertua. Jika tertua di Jawa, maka otomatis tertua di Indonesia,” ujarnya.

Hal tersebut salah satunya dibuktikan dengan penemuan dua bonggol tulang manusia di Kalibidas yang masuk wilayah Kecamatan Bumiayu. Namun saat itu peneliti tidak mendapat informasi banyak mengenai temuan kerangaka manusia tersebut karena ditemukaan diatas permukaan tanah.

Setelah ditelusuri, ada lapisan gamping yang melekat di tulang bonggol manusia yang ditemukan tersebut dan sudah mengeras dan tidak bisa dipisahkan. Struktur gamping tersebut memiliki kesamaan dengan yang ada di formasi Kali Glagah yang berada di wilayah Kecamatan Tonjong.

Sementara itu, Pagelaran Ratu Bumi juga dilanjutkan dengan Sarasehan Ratu Bumi yang mendatangkan pembicara pengasuh Pondok Pesantren Al Hikmah 2 Benda Sirampog KH Izzudin Masruri, Budayawan dan Maestro Seni Tradisional Kemendikbud Atmo Tan Sidik, dan akademisi serta Ketua Prakarsa Corba Mataram KRH Dimas Sastronegoro.

Dalam acara tersebut juga dimeriahkan kecapi rebab Bantarkawung, Karawitan Cilik Pandansari, dan Wayang Golek Dalang Cilik Ki Avis Suseno Paguyangan.(Red3/Seni&Budaya)

Editor : Irene Indah

TAG :, ,
Statistik Situs
  • Total halaman dikunjungi: 122,813