Dampak Positif dan Negatif bermain Roleplay yang Sedang Viral di Media Sosial
TEGAL – Baru-baru ini video di media sosial TikTok yang memperlihatkan seorang anak kecil yang dimarahi ayahnya karena ketahuan bermain roleplay menjadi viral. Roleplay atau biasa disebut RP menjadi fenomena tersendiri di kalangan anak muda, terutama mereka yang aktif bermedia sosial.
Menurut kamus Cambridge, roleplay adalah kegiatan berpura-pura menjadi karakter tertentu, dan berperilaku serta bereaksi seperti karakter tersebut. Di sosial media, seperti Twitter, Facebook dan TikTok, roleplay adalah permainan yang dilakukan dengan cara berpura-pura menjadi orang lain, baik itu kartun, selebritas, atau orang terkenal lainnya untuk memperoleh kesenangan.
Mereka yang memainkan roleplay di sosial media disebut roleplayer yang artinya pemain roleplay. Mereka biasanya memiliki komunitas roleplay sendiri dan berinteraksi satu sama lain dengan berpura-pura menjadi karakter orang lain yang dikehendaki.
Roleplayer tidak hanya sekedar berkomunikasi, namun mereka dapat menjalin relasi di dalam dunia roleplay, dapat berupa teman dekat, keluarga, maupun pasangan. Para roleplayer juga dapat melakukan pertukaran gender, dimana perempuan dapat memerankan menjadi laki-laki, begitu pula sebaliknya
Roleplay tidak selalu negatif, kegiatan ini juga sering diadaptasi dalam bidang pendidikan, psikologi, pembelajaran anak dan lain-lain. Kendati demikian, roleplay juga bisa berdampak negatif apabila dilakukan dengan cara berlebihan dan tidak dilakukan dengan tujuan positif.
Melansir Jurnal Pendidikan Sosial IKIP-PGRI Pontianak, Selasa (20/6/2023), dalam bidang pendidikan, termasuk bimbingan dan konseling, role playing merupakan teknik individu memerankan situasi yang imajinatif dan paralel dengan kehidupan nyata.
Tujuan untuk membantu tercapainya pemahaman diri sendiri, meningkatkan keterampilan, termasuk keterampilan problem solving, menganalisis perilaku, atau menunjukkan pada orang lain bagaimana seseorang harus berperilaku.
Jika dilakukan dengan benar, anak dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain, belajar bagaimana membagi tanggung jawab, mengambil keputusan dalam keadaan yang spontan, dan merangsang anak untuk berpikir serta memecahkan masalah.
Adapun dalam dunia psikologi, roleplay merupakan suatu teknik konseling melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan anggota kelompok/klien. Selain beberapa contoh di atas, masih banyak lagi manfaat roleplay yang digunakan sebagai teknik pembelajaran sesuai dengan bidang-bidang tertentu.
Menurut penelitian dari Michelle Vanessa dari Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, ada pemain roleplay yang mendapati pengalaman yang tidak bahagia.
Awalnya, perempuan tersebut menjalin hubungan seolah kekasih dalam dunia roleplay, karena merasa nyaman dengan hubungan tersebut, akhirnya menjalin hubungan dalam dunia nyata. Hubungan tersebut hanya bertahan 4 bulan karena mendapati ternyata pasangannya adalah perempuan.
Roleplayer ternyata juga dapat membawa dampak negatif ke dalam dunia nyata seperti menjadi kasar karena tokoh yang ia perankan bergaya bicara yang frontal.
Seseorang yang masuk ke dalam dunia roleplay bisa saja dalam dunia nyatamereka tidak diterima oleh orang-orang disekitarnya, memiliki masalah, merasa tidak bahagia, memuaskan hawa nafsu, membutuhkan kasih sayang.
Mereka berharap, dengan memainkan roleplay di sosial media, bisa memperoleh kepuasan-kepuasan yang tidak didapat di dunia nyata.
(Red2/Psikologi)
Editor : Irene Indah