Bupati Umi Ajak Generasi Digital Native Tangkal Hoaks Politik
SLAWI – Calon pemilih pemula pada Pemilu 2024 mendatang yang kini berusia antara 15-20 tahun diminta waspada dengan peredaran hoaks dan ujaran kebencian yang eskalasinya cenderung meningkat di tahun politik. Pesan ini disampaikan Bupati Tegal Umi Azizah saat digelar sosialisasi pendidikan politik di SMK Bina Nusa Slawi, Rabu (15/06/2022) pagi.
Menurutnya, pemilih pemula sebagai digital native dan pengguna media sosial (medsos) aktif sangat rentan terpapar hoaks.
“Digital native adalah generasi yang sejak mulai belajar membaca, menulis, beraktivitas, dan berinteraksi sudah mengenal internet dan di usia remajanya sudah memanfaatkan teknologi nirkabel tersebut dan bermain medsos,” ujarnya.
Tingginya penggunaan medsos di kalangan remaja atau pemilih pemula dalam berinteraksi dan mentransformasikan praktik komunikasi ini cukup rawan dimanfaatkan pihak-pihak tertentu untuk propaganda politik yang bersifat agitatif dan provokatif yang melahirkan ujaran kebencian atau hate-speech sebagai perbuatan tidak sopan melalui penyebaran informasi palsu atau berita bohong atau hoaks.
Sementara partisipasi generasi muda pada Pemilu ke depan sangat penting dan strategis. Pemilu adalah bagian dari kehidupan berbangsa dan ruang masyarakat untuk terlibat dalam pembangunan bangsa.
Umi pun berharap para pemilih pemula ini dapat menjadi pemilih yang cerdas dan sadar akan politik. Karena, generasi muda yang cerdas akan membentuk masyarakat politik yang sehat.
“Gunakan hak kalian dalam Pemilu dengan memilih pemimpin, memilih wakil kalian di parlemen, di pemerintahan,” pesannya.
Sehingga, lanjut Umi untuk meningkatkan kesadaran berpolitik di kalangan generasi muda, hal yang perlu dilakukan salah satunya adalah harus pandai memilih dan memilah informasi agar tidak mudah terpapar berita bohong atau hoaks.
Hoaks menurutnya sangat berdampak pada menurunnya kualitas kehidupan demokrasi, di mana warga atau simpatisan politik yang telah terhasut hoaks dapat melakukan tekanan pada simpatisan politik lawan dengan cara apa saja, termasuk cyberbullying di dunia maya.
“Tidak hanya di ruang maya, orang yang sudah termakan hoaks juga bisa melakukan bullying di dunia nyata, bahkan merusak atribut politik atau alat peraga kampanye, vandalisme dan sebagainya,” katanya.
Selain itu, kebebasan berekspresi warga bisa terpengaruh yang menyebabkan seseorang menjadi tidak berani menunjukkan dukungan politiknya di muka umum karena risiko keselamatan atau malah sebaliknya, mengekspresikan dukungan politik sebebas-bebasnya tanpa mengindahkan batasan hak orang lain.
Umi pun meminta peserta sosialisasi yang terdiri dari pengurus organisasi siswa intra sekolah (OSIS) dan perwakilan kelas ini untuk terus mengasah, meningkatkan kemampuannya dalam memproses informasi yang datang dari aneka jenis platform, baik yang mainstream maupun digital.
“Kenali dan tangkal hoaks ini dengan bijak. Periksa fakta, dari mana hoaks tersebut berasal, dari mana sumbernya. Seringkali hoaks ini menggunakan judul berita yang sensasional dan provokatif. Jangan terjebak oleh foto, karena foto bisa diedit, dimanipulasi. Kalian bisa cek keaslian foto, salah satunya yang palih muda lewat Google image. Ingat, saring sebelum sharing,” pungkasnya.
Di tempat yang sama, Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Tegal Abasari menyampaikan sosiisasi pendidikan politik ini bertujuan membangun masyarakat politik yang sehat disamping mendorong partisipasi generasi muda memanfaatkan haknya pada Pemilu mendatang.
Kegiatan sosialisasi ini akan dilaksanakan berkesinambungan dengan menyasar 4.600 siswa sebagai pesertanya dengan melibatkan unsur pemerintahan, forum komunikasi pimpinan daerah, Komisi Pemilihan Umum dan Badan Pengawas Pemilu.
(Red2/Pendidikan)
Editor : Irene Indah