Berebut Gunungan Hasil Bumi di Ruwat Bumi Guci

RUWAT BUMI : Bupati Tegal Umi Azizah memandikan kambing kendit di pemandian air panas pancuran tigabelas saat berlangsung Ruwat Bumi Guci di Objek Wisata Guci, Selasa (02/08/2022). Dinamakan kambing kendit karena memiliki corak putih yang melingkar di bagian perut hingga punggung menyerupai “kendit” atau ikat pinggang. (BeeNews.id/Humas Pemkab Tegal)

BUMIJAWA – Ratusan orang tampak berebut gunungan hasil bumi dari masyarakat Desa Rembul, Desa Guci dan sekitarnya di acara ruwat bumi yang diselenggarakan di objek wisata Guci, Selasa (02/08/2022) siang. Animo warga setempat dan wisatawan pada acara tradisi tahunan tersebut sangat tinggi setelah dua tahun kemarin hanya diselenggarakan secara sederhana akibat pandemi Covid-19.

Bupati Tegal Umi Azizah yang hadir memimpin prosesi adat ini mengatakan selain menjadi daya tarik bagi wisatawan, penyelenggaraan ruwat bumi Guci dari mulai arak-arakan atau karnaval, memandikan kambing kendit hingga grebek gunungan hasil bumi ini bermakna spiritual dan pelestarian budaya lokal.

“Mudah-mudahan, lewat acara ruwatan ini akan tersampaikan pesan dan membawa kesan bagi siapa saja untuk kemudian ikut menjaga, melestarikan dan merawat, serta nguri-uri budaya jawa ini,” kata Umi.

Dari sisi spiritual, ruwat bumi merupakan wujud ungkapan rasa syukur masyarakat Guci dan sekitarnya atas karunia Tuhan untuk kemudian bisa lebih mendekatkan diri, meningkatkan ketakwaan juga keimanannya pada Sang Khalik.

Selain itu adalah penghormatan kepada para leluhur, para pendahulu yang telah mewariskan kekayaan alam kepada anak-cucunya berupa hamparan lahan pertanian yang tetap subur, udara dan air yang tidak tercemar, serta hutan yang terjaga kelestariannya.

Sehingga sebagai generasi penerus, sambung Umi, ada tanggung jawab kepada masyarakat untuk melanjutkan dan mengolah warisan kebaikan ini untuk kesejahteraan dan kemakmuran bersama dengan tetap memperhatikan keseimbangan alam.

“Ruwat bumi mengingatkan kita akan jasa para pendahulu yang sudah mewarisi kondisi lingkungan alam Guci yang terjaga baik, tidak rusak tangan-tangan jahil, tidak dirusak oleh kepentingan ekonomi sesaat. Maka kita sebagai generasi penerus wajib menjaganya,” ujarnya.

Umi pun menitip pesan agar warga Guci bisa menjaga kebersihan lingkungan Guci dari sampah, menjaga kesuburan tanah, air dan sumber-sumber mata air dari pencemaran dan perusakan akbita aktivitas perekonomian, termasuk menjaga citra kawasan sebagai destinasi wisata keluarga.

Dirinya pun meminta acara ruwat bumi Guci ini bisa dikemas semakin apik dan dipromosikan lebih gencar lagi. “Ke depan, saya ingin tradisi ruwat bumi Guci ini bisa tercatat dalam listing wisata budaya nasional, minimal masuk dalam agenda promosi wisata provinsi Jawa Tengah,” tuturnya.

Di tempat yang sama, Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Tegal Uwes Qoroni menjelaskan tradisi ruwat bumi sudah berjalan turun-temurun dan diselenggarakan setiap bulan Muharram.

Advertisements

Diawali dengan dzikir bersama sehari sebelumnya, upacara ruwatan sebagai puncak acara diisi dengan kirab gunungan hasil bumi, pemotongan tumpeng, doa bersama dan iringan gendingan jawa.
(Red2/Seni & Budaya)

Editor : Irene Indah

TAG :, ,
Statistik Situs
  • Total halaman dikunjungi: 123,443