Belasan Buruh Bangunan Demo Akibat Gaji Belum Dibayarkan

PENGERJAAN : Sebanyak 13 pekerja yang tak terbayarkan gajinya itu mencapai total sekitar Rp 70 juta. Jumlah tersebut untuk gaji pengerjaan Jembatan Mojo selama 3 pekan.(BeeNews.id/doc)

SOLO – Jembatan Mojo penghubung Kota Solo dengan Sukoharjo, sudah bisa dilewati masyarakat. Namun pembangunan jembatan ini menyisakan persoalan. Pasalnya gaji para pekerja belum juga dibayar, koordinator pekerjaan atau buruh bangunan.

Untuk menyuarakan nasibnya, belasan pekerja bangunan itu menggelar unjuk rasa di atas Jembatan Mojo, beberapa waktu lalu. Terpantau, mereka membentangkan tulisan dari kardus bekas bertuliskan, ‘Bosnya Kabur, mana gajiku, taruhannya nyawa’, ‘Bayar Gaji Kami Untuk Bertahan Hidup’, ‘Mas Gibran, Tolong Bantu Kami’, dan lainnya.

“Dari pihak PT sudah membayarkan ke mandor, tapi setelah uang turun, orangnya (mandor) kabur. Jadi kita tidak dibayarkan,” kata Koodinator pekerja bangunan, Sandi di sela-sela aksi.

Sebanyak 13 pekerja yang tak terbayarkan gajinya itu mencapai total sekitar Rp 70 juta. Jumlah tersebut untuk gaji pengerjaan Jembatan Mojo selama 3 pekan. Sandi menjelaskan, pembangunan Jembatan Mojo dilakukan sejak Juni 2022.

Dengan perjanjian awal, pembayaran dilakukan setiap 2 pekan dengan nominal Rp 30 juta yang dibagi rata pada 13 pekerja. Namun karena pekerjaan diminta dipercepat, para pekerja diminta lembur dan gaji dibayar pasca-jembatan rampung.

“Diresmikan tanggal 2 Desember, katanya tanggal 7 gajian, tapi sampai sekarang tidak ada uang yang diserahkan kepada kami,” ujar dia.

Hingga aksi ini dilakukan, belasan orang itu tidak dibayar gajinya. Mereka mengaku bingung karena tidak punya uang untuk bertahan hidup di Solo. Lantaran, belasan orang itu berasal Jawa Barat.

“Pekerja ada yang dari Karawang, Subang, dan Purwakarta. Mau pulang tidak punya ongkos. Makan hutang di warung sama dibantu warga sini. Sudah coba nelpon mandornya tapi nomornya mati. Mandornya orang Makassar,” jelas Sandi.

Disisi lain, Deni Enrianto, pemilik warung tempat yang biasanya mereka kembali makan mendapatkan imbasnya.

“Dulu mandor yang penting para tukangnya makan, nanti dihitung belakangan. Awal-awalnya lancar, setiap berapa hari ada uang masuk. Tapi sejak beberapa Minggu lalu sudah tidak ada uang masuk. Padahal saya yang menyiapkan makan dan keperluan lain. Total kerugian sekitar Rp 21 jutaan,” kata Deni Enrianto.(Red3/Umum)

Advertisements

Editor : Irene Indah

TAG :, , ,
Statistik Situs
  • Total halaman dikunjungi: 122,854