Beberapa Sejarah Di Kampung Wisata Adat Jalawastu Brebes

SEJARAH : Jalawastu, sebuah dusun sarat sejarah di Desa Ciseureuh, bagian selatan Kecamatan Ketanggungan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah ini berada di kaki gunung Kumbang atau Gunung Segara. (BeeNews.id/ZuhudBudiaji)

BREBES – Jalawastu merupakan sebuah kampug atau dusun di Desa Ciseureuh, bagian selatan Kecamatan Ketanggungan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Kampung ini berada di kaki gunung Kumbang atau Gunung Segara, kini telah menjadi salah satu tujuan objek wisata budaya (Wisata Adat) di Kabupaten Brebes.

Hampir 145 kepala keluarga yang berada di kampong ini masih tetap menjaga tradisi leluhur mereka, dimana seluruh rumah warga dindingnya terbuat dari papan dan beratapkan seng.

Memang tidak ada rumah warga setempat yang berbahan semen, keramik, atau beratapkan genteng, dibenarkan Serka Darso selaku Babinsa setempat dari Koramil 15 Ketanggungan Kodim 0713 Brebes.

“Untuk atap rumah menggunakan seng, sementara lantainya menggunakan papan dan lantai bumi (tanah alami),” ujar Serka Darso.

Jarak Kampung Jalawastu dari Koramil sekitar 33 km, dalam jangka tempuh kurang dari 55 menit jika tidak hujan. Di kampung ini juga ada wisata alami yang bernama Curug Rambukasang, tempat pemujaan Huludayeuh (pohon besar) di Pesarean Gedong dan tempat pemancingan. Untuk oleh-oleh hasil bumi berupa pete, durian, dan nangka.

Supaya bisa menuju ke Jalawastu, dengan seluruh keunikan tradisi masyarakatnya dan keindahan pemandangan pegunungan. Maka para pengunjung harus melalui jalan yang naik turun berbatu.

Karena letaknya di lereng bukit, Kampung Jalawastu ini menjadi daerah yang rawan akan longsor, mungkin inilah salah satu alas an leluhur mereka membuat rumah tanpa semen dan keramik guna mencegah bencana.

Dulunya, kedua bahan bangunan itu adalah barang mewah. Karena warga juga susah untuk mengangkat atau memikulnya berpuluh-puluh kilometer, sehingga akhirnya leluhur mereka meyebutya dengan pamali. Sementara untuk keramik dan genteng sangat sulit didapatkan karena letaknya kampong yang jauh dari peradaban.

“Untuk berkomunikasi menggunakan telepon genggam atau smartphone, kita harus mencari sinyal di titik-titik tertentu. Meski demikian, banyak mahasiswa UGM Yogyakarta yang KKN Budaya datang kesini dan sudah menjad salah satu agenda rutin mereka,” ujar Babinsa.

Kampung Jalawastu berada di pelosok, sehingga kehidupan masyarakatnya masih terisolasi dari dunia luar. Namun walaupun jauh dari peradaban modern, mereka tidak menutup kunjungan dari tamu luar dan malah menjadi agenda wisata.

Advertisements

Untuk keyakinan, seluruh warga Jalawastu beragama islam. Kemudian mata pencaharian warga mayoritas adalah petani palawija dan perkebunan.

Sementara dijelaskan lebih mendalam oleh Widodo (Kliwon) selaku pemangku adat setempat yang baru, warganya berbahasa Sunda walaupun kebanyakan berasal dari etnis Jawa.

Warganya juga juga memiliki pantangan-pantangan unik lainnya yakni dilarang untuk memelihara ternak seperti angsa, domba, dan kerbau dengan alasan dianggap mengotori lingkungan.

Kemudian dilarang menanam bawang merah karena nantinya akan merugi. Alasannya, selain lahannya tidak cocok juga karena udara di wilayah Desa Ciseureuh bisa sangat dingin di saat musim penghujan.

Larangan selanjutnya adalah pementasan wayang karena berkaitan dengan memainkan peran manusia. Tidak ada yang berani melanggarnya karena warga percaya akan mendapat musibah jika melanggar pamali tersebut.

Itulah berbagai mitos/keyakinan sejarah yang ada di Kampung Jalawastu yang masih terpelihara sampai dengan saat ini. Masyarakat yang masih setia mempertahankan warisan budaya walaupun di tengah zaman modern.
(Red3/Wisata)

Editor : Ahmad Wachidin

TAG :, ,
Statistik Situs
  • Total halaman dikunjungi: 122,857