Sering Panik? Inilah Penyebab dan Cara Mengatasinya
BREBES – Serangan panik atau panick attack merupakan rasa takut yang muncul berlebihan secara tiba-tiba. Serangan panik ini bisa terjadi pada siapa saja tanpa di duga.
Serangan panik bisa terjadi selama beberapa menit bahkan cukup lama. Ketika seseorang mengalami serangan panik, emosi seperti rasa takut dan gelisah berlebihan tidak dapat penderita kendalikan.
Serangan panik memiliki ciri-ciri seperti jantung yang berdetak sangat cepat, pusing, maupun gemetar. Sehingga orang yang mengalami kondisi ini akan merasa tidak nyaman bahkan emosi yang meluap secara berlebihan.
Serangan panik menyerang siapa saja tanpa mengenal usia. Sehingga kamu perlu kenali gejalanya untuk bisa mengatasi panick attack tersebut.
Berikut gejala serangan panik yang harus kamu tahu untuk mendiagnosa secara pribadi ketika mengalami panick attack. Berikut gejalanya yang perlu kamu tahu.
- Berkeringat secara berlebihan
- Merasa gelisah dan takut secara berlebihan
- Sesak napas
- Jantung berdetak cepat
- Kram perut
- Nyeri pada dada
- Mual
- Pusing atau pingsan
- Mulut terasa kering
- Otot menjadi tegang
- Gemetar
- Sesak napas
Ketika seseorang mengalami panick attack, otak akan perintahkan sistem syaraf untuk merespons dengan melawan atau menghindar. Oleh karena itu, tubuh akan merespon seperti adrenalin, yang memicu peningkatan detak jantung, frekuensi napas, dan aliran darah ke otot.
Penyebab pasti serangan panik ini belum diketahui, namun terdapat beberapa faktor yang meningkatkan seseorang mengalami hal ini, di antaranya :
- Stres berkelanjutan sehingga membuat tubuh tertekan.
- Ketidakmampuan pengendalian emosi sehingga lebih rentan mengalami stres.
- Perubahan suasana secara tiba-tiba, misalnya masuk ke lingkungan yang ramai dan penuh sesak.
- Masalah kehidupan, misalnya ekonomi maupun asmara.
- Faktor genetik atau memiliki riwayat keturunan.
- Perubahan fungsi tertentu pada beberapa bagian otak.
- Konsumsi minuman berkafein, seperti kopi dan teh, secara berlebihan.
- Aktivitas fisik yang terlalu berat.
Meski penyebab panik attack belum diketahui secara jelas, namun terdapat beberapa hal untuk mencegah panick attack sebagai berikut:
- Tanamkan pemikiran bahwa hidup ini indah dan setiap masalah memiliki jalan keluar.
- Berolahraga secara rutin, terutama yoga maupun pilates untuk melatih kontrol emosi.
- Melakukan teknik relaksasi dan pernapasan.
- Membatasi makanan dan minuman yang mengandung gula tinggi.
- Membatasi minuman yang mengandung kafein dan alkohol.
- Beristirahat secara cukup.
Namun apabila kamu sudah terlanjur mengalami kondisi ini, berikut adalah cara mengatasi panick attack yang bisa kamu lakukan:
- Tenangkan diri
Serangan panik yang terjadi secara tidak terduga membuat orang berpikir secara irasional dan tidak tahu apa yang harus penderita lakukan dalam hal ini.
Langkah pertama, jika kamu berada di keramaian, segera menuju ke tempat yang tenang dan atur pernapasan. Pikirkan hal positif agar emosi negatif tidak menguasaimu. - Melakukan Terapi
Namun jika kondisi yang kamu alami sudah tidak bisa kamu atasi dengan cara pertama. Maka kamu membutuhkan bantuan profesional, dalam hal ini psikiater untuk melakukan terapi.
Jenis terapi yang diterapkan untuk mengobati penderita serangan panik adalah terapi perilaku kognitif. Dalam terapi ini, penderita akan psikiater bimbing untuk memahami dan meyakini bahwa serangan panik tidak membahayakan.
Penderita juga akan psikiater ajari untuk mengubah respons perasaan dan perilaku terhadap pola pikiran negatif. Sehingga nantinya membantu mereka dalam mengatasi serangan panik secara mandiri. - Konsumsi Obat-obatan
Namun jika kondisi yang kamu alami terus berulang, maka psikiater akan meresepkan obat untuk mencegah kemunculan panick attack. Obat yang psikiater gunakan yaitu Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRIs).
Juga terdapat obat penenang atau anti depresan sebagai berikut:
- Fluoxetine
- Sertraline
- Venlafaxine
- Alprazolam
- Clonazepam
- Bisa juga dengan benzodiazepin (umumnya digunakan sebagai obat penenang) termasuk diazepam atau clonazepam.
Namun pastinya penggunaan obat ini harus dalam saran dan pengawasan di bawah dokter.(Red3/Psikologi)
Editor : Irene Indah