Topeng Endel, Tari Tradisional dari Tegal
TEGAL – Gerakan tari ini begitu lekat dengan tarian Sunda, tapi menggunakan topeng seperti Tari Topeng Cirebon. Namun, kostumnya mirip Tari Gambyong.
Yah, inilah Tari Topeng Endel yang dikenal sebagai tarian khas di Kota dan Kabupaten Tegal. Tarian ini biasanya dipentaskan untuk menyambut tamu kehormatan atau sebagai tarian pembuka acara-acara tertentu di Kota Bahari.
Ciri utama topeng pada Tari Topeng Endel ini bisa dilihat dari wujudnya yang berupa sosok perempuan perparas menawan, berkulit wajah putih dengan bibir yang tersenyum dan mata yang merona, mimik muka topeng ini menggambarkan keceriaan.
Selaras dengan topeng, tarian Topeng Endel juga dimainkan dengan lincah, diiringi gending lancaran ombak banyu laras slendro manyuro yang mengentak-entak.
Bahkan pada tahun 2010, Tari Topeng Endel pernah mendapatkan Rekor Muri dengan peserta pertunjukan tari sebanyak 1700 penari, saat ulang tahun Kabupaten Tegal yang ke- 470 dilapangan Pemkab Tegal.
Topeng Endel ini diciptakan penari asli Tegal bernama Darem pada 1950- an, yang kemudian diwariskan kepada anak perempuannya, Warmi. Bersama tarian ini, dia juga mewariskan lima tari lain yakni Topeng Kresna, Topeng Ponggawa, Topeng Lanyapan Alus, Topeng Klana, dan Topeng Panji, tetapi hanya Topeng Endel yang paling terkenal.
Awal mulanya, tarian ini menggambarkan seorang penari yang tengah menghibur raja dengan gerakan tari yang gemulai tapi menantang, energetic, lugas dan erotis. Konon, tari ini mencerminkan masyarakat Tegal yang lugas, dengan cara bicara yang cepat dan keras, tapi memiliki sifat yang halus.
Mendapat legasi dari sang ibu, Warmi mulai mengenalkan Topeng Endel ke desa-desa bersama rombongan yang dikenal masyarakat sebagai Ronggeng Warmi. Puncak kejayaan tarian tersebut terjadi pada 1950-1960, waktu itu, daya pikat tarian terletak pada kekenesan Warmi.
Dari Warmi, tarian ini kemudian diwariskan ke generasi ketiga, yakni Sawitri yang hingga kini masih dianggap sebagai maestro Topeng Endel di Tegal.
Berbeda dengan ibu dan neneknya, Sawitri memilih tidak menari lagi dari desa satu ke desa lain. Dirinya memilih untuk membuka sanggar tari dirumahya yakni di Desa Slarang Lor, Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah.
(Red2/Seni & Budaya)
Editor : Irene Indah