Nikon dan Canon Menyerah Terhadap DSLR, Ini Alasannya!

PROFESIONAL : Banyak fotografer profesional berpegang teguh pada DSLR, dengan kecepatan sebagai alasan pendukung utama. Seperti penjelasan yang beredar beberapa tahun lalu, kamera refleks memiliki sensor autofokus khusus di bawah cermin.(BeeNews.id/ZuhudBudiaji).

JAKARTA – Berita terbesar dalam industri kamera pada bulan ini adalah bahwa Nikon dilaporkan menghentikan pengembangan kamera SLR baru, menandai akhir dari era yang telah berlangsung selama 63 tahun.

Mulai saat ini, Nikon akan terfokus secara eksklusif pada model Z mount Mirrorless seperti Z6, Z50, dan kamera unggulan yang baru-baru ini diluncurkannya, Z9. Perubahan ini dinilai sebagai perubahan seismik, sebab Nikon memiliki sejarah panjang dengan ranah SLR sejak Nikon F ikonik yang diluncurkan pada tahun 1959.

Namun Nikon bukan satu-satunya perusahaan kamera yang mengambil keputusan ini. Canon telah mengonfirmasi bahwa EOS-1DX Mark III akan menjadi kamera DSLR unggulan terakhirnya, dan Sony telah beralih ke penjualan kamera mirrorless pada tahun 2021 lalu.

Hingga saat ini, kamera refleks digadang sebagai opsi lebih baik dibandingkan dengan mirrorless untuk fotografi aksi. Berpegang pada keyakinan tersebut, perubahan ini mengejutkan banyak pihak.

Secara sederhana, model mirrorless telah mengalami peningkatan secara dramatis selama beberapa tahun terakhir, sehingga menimbulkan perdebatan terkait dengan keyakinan terhadap DSLR tersebut.

Banyak fotografer profesional berpegang teguh pada DSLR, dengan kecepatan sebagai alasan pendukung utama. Seperti penjelasan yang beredar beberapa tahun lalu, kamera refleks memiliki sensor autofokus khusus di bawah cermin.

Sensor ini sangat cepat, sehingga memungkinkan kamera untuk memotret secara berturut-turut dengan cepat, dengan fokus akurat di setiap foto. Sebagai contoh, Canon 1DX III mampu memotret hingga 16 fps dengan kondisi AF dan auto exposure aktif.

Banyak penyuka fotografi serius juga masih memilih viewfinder optical, karena ingin tampilan subyek yang dapat dipercaya, dan meyakini bahwa tampilan fisik via prisma dan cermin lebih unggul dibandingkan dengan layar elektronik buatan.

Kekurangannya, pengguna tidak dapat melihat gambar saat memotret sebab cermin terangkat dan menghalangi tampilan. Alasan besar lainnya adalah daya tahan baterai dan kenyamanan saat menggenggam.

Kamera DSLR unggulan umumnya hadir dengan bodi berat dan pegangan berukuran besar, bertujuan untuk menstabilkan platform pemotretan, khususnya dengan lensa telefoto berukuran besar yang kerap digunakan oleh fotografer olahraga dan alam liar.

Advertisements

Kamera DSLR unggulan juga umumnya memiliki tombol dan tuas, menghadirkan kemudahan saat mengoperasikan kamera. Selain itu, viewfinder optikal juga tidak cepat menghabiskan daya baterai, sehingga DSLR dapat memotret lebih banyak foto dalam satu kali pengisian daya baterai.

Namun, model mirrorless generasi terbaru telah mampu menyelesaikan kendala dan kekhawatiran tersebut. Perubahan terpenting di ranah mirrorless adalah pengenalan sensor bertumpuk dengan kecepatan pembacaan lebih cepat. Hal tersebut memungkinkan kamera mirrorless untuk melakukan pemotretan secara terus-menerus atau rapid burst shooting, dengan autofokus lebih akurat. Sensor bertumpuk ini juga menghasilkan perputaran shutter lebih sedikit dibandingkan dengan mode elektronik, mengurangi kemiringan di foto serta guncangan di video.

Sementara itu, permasalahan soal viewfinder dapat dikatakan telah selesai. Belum lama ini, EVF mirrorless cenderung lamban, resolusi rendah dan tidak stabil, tidak jauh berbeda dari permasalahan yang dihadapi DSLR, yaitu viewfinder akan gelap saat memotret.

Kini, kamera generasi terbaru karya Sony, Nikon dan Canon telah memiliki layar OLED cepat dan tajam, dengan peralihan refresh rate mulus pada setidaknya 120Hz dan hingga 240Hz, serta menawarkan pengalaman memotret bebas gelap di sebagian besar kondisi.(Red3/Umum)

Editor : Irene Indah

TAG :, , , ,
Statistik Situs
  • Total halaman dikunjungi: 122,874