Bank – Bank Besar Ramai – Ramai Terbitkan Obligasi! Ada Apa di Balik Aksi Mendadak Ini?

JALAN: Obligasi Perbankan kini menjadi jalan keluar baru dalam menghadapi tekanan likuiditas.(BeeNews.id/Wildan Rizkiyadi)

JAKARTA – Belakangan ini, dunia perbankan tengah diramaikan dengan aksi penerbitan obligasi oleh sejumlah bank besar di Indonesia. Fenomena ini memicu banyak pertanyaan, terutama soal kondisi likuiditas dan strategi pendanaan bank di tengah perlambatan pertumbuhan dana masyarakat. Apa sebenarnya yang sedang terjadi?

Mengacu pada data terbaru dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), rasio loan to deposit ratio (LDR) per Maret 2025 mencapai 87,95%, naik tipis dari bulan sebelumnya. Artinya, ruang gerak bank untuk menyalurkan kredit dari dana pihak ketiga makin terbatas. Ditambah lagi, data dari Bank Indonesia menunjukkan bahwa laju pertumbuhan dana simpanan masyarakat atau DPK terus mengalami penurunan, dari 5,3% di Januari menjadi hanya 4,4% per April 2025.

Kondisi ini membuat beberapa bank besar seperti Bank Syariah Indonesia (BSI), Bank OCBC NISP, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri Taspen, dan Bank Negara Indonesia (BNI) memutuskan untuk mencari sumber pendanaan lain melalui obligasi. Bahkan, sebagian dari mereka menawarkan obligasi yang mendukung kegiatan ramah lingkungan dan sosial.

BSI dan BRI, misalnya, menargetkan dana masing-masing sebesar Rp 5 triliun dengan fokus pada proyek-proyek berkelanjutan. OCBC NISP dan Mandiri Taspen juga ikut ambil bagian dengan target dana Rp 1,5 triliun. Tak ketinggalan, BNI yang akan melunasi green bond senilai Rp 4 triliun pada Juni 2025, juga mempertimbangkan untuk menerbitkan obligasi baru sebagai strategi diversifikasi pendanaan.

Menurut pengamat perbankan Arianto Muditomo, langkah ini adalah respons logis atas kebutuhan pembiayaan yang meningkat di tengah perlambatan pertumbuhan DPK. Ia menyebutkan bahwa masyarakat kini cenderung memilih instrumen investasi lain dibanding menyimpan uang di bank.

Senada, Ekonom Piter Abdullah menambahkan bahwa aksi penerbitan obligasi bukan semata tanda likuiditas yang ketat, melainkan strategi untuk mengantisipasi suku bunga tinggi dan menjaga stabilitas pembiayaan.

Sementara itu, Sekretaris Perusahaan BNI, Okki Rushartomo, mengungkapkan bahwa mayoritas dana dari green bond sebelumnya sudah digunakan untuk mendanai proyek-proyek ramah lingkungan, seperti transportasi hijau, gedung berkonsep eco-friendly, dan pengelolaan limbah. Bila rencana penerbitan obligasi terbaru ini terlaksana, maka tren pendanaan hijau di sektor perbankan Indonesia akan semakin menguat.

Langkah-langkah strategis dari bank-bank ini menandakan adanya pergeseran dalam cara lembaga keuangan menjaga likuiditas dan mendukung pembangunan berkelanjutan. Masyarakat pun kini menanti, apakah langkah ini akan membawa dampak positif terhadap perekonomian secara luas atau justru menjadi sinyal akan tantangan ekonomi yang lebih dalam.
(Red1/Lembaga Keuangan)

Editor : Indah Setiawati

TAG :, ,
Statistik Situs
  • Total halaman dikunjungi: 127,039